Banyak
sekali peninggalan sejarah tentang agama hindu di Indonesia, jika kita
mendatangi satu-satu tempat tersebut tak cukup dalam waktu yang singkat. Butuh
waktu lama pastinya, untuk menggali informasi secara langsung. Terutama di
daerah Jawa Tengah, dapat disebut sebagai daerah yang berjuta budaya dan
sejarah peninggalan kebudayaan Indonesia. Bagi masyarakat sekitar sudah bukan
hal asing lagi keika mengunjungi candi-candi di Jawa. Salah satu peninggalan
sejarah di Jawa tengah adalah di kota Karanganyar, Yaitu Candi Cetho. Candi Cetho terletak di Dusun
Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Komplek candi
sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar atau penduduk setempat sebagai
tempat ziarah maupun tempat pemujaan.Candi Ceto dibuat
pertama kali oleh Van de Vlies pada tahun 1842. Berdasarkan keadaannya saat
reruntuhannya diteliti, candi ini diperkirakan sudah berusia tidak jauh berbeda
dari Candi Sukuh, yang cuup berdekatan lokasinya.
Sekarang
kompleks candi ceto, terdiri dari sembilan tingkatan berundak. Sebelum gapura
besar berbentuk candi bentar, terlihat dua pasang arca penjaga. Aras pertama
setelah gapura masuk merupakan halaman candi. Aras kedua masih berupa halaman
dan aras ketiga terdapat petilasan Ki Ageng Krincingwesi, leluhur masyarakat
dusun ceto. Pada dinding kanan gapura terdapat
inskripsi dengan aksara Jawa Kuno berbunyi Pelling Padamel irikang buku
tirtasunya hawakira ya hilang saka kalanya wiku goh anaut iku. Tafsiran dari
tulisan tersebut adlaah fungsi candi untuk menyucikan diri (ruwat) dan
peyebutan tahun pembuatan gapura, yaitu pada tahun 1397 Saka atau dalam Masehi
1475 Masehi. Diteras ketujuh terdapat sebuah tataan batu mendatar di permukaan
tanah yang menggambarkan kura-kura raksasa, surya Majapahit. Kura-kura adalah
lambang penciptaan alam semesta sedangkan penis merupakan simbol pencpiptaan
manusia. Terdapat penggambaran hewan-hewan lain, seperti mimi, katak, dan
ketam. Pada aras ke delapan terdapat arca phallus ( disebut “kuntobimo”) disisi
utara dan arca Sang Prabu Brawijaya V dalam wujud Mahadewa. Pemujaan terhadap
arca ini melambangkan ungkapan syukur dan pengharapan atas kesuburan yang
melimpah atas bumi. Dan yang terakhir adalah aras ke sembilan merupakan aras
tertinggi sebagai tempat pemanjatan doa. Disini terdapat bangunan batu
berbentuk kubus.
Nah,
itulah beberapa penjelasan dari Sejarah Candi Ceto. Jangan lupa ketika anda ke
solo mampir kesini untuk menelisik lebih jauh lagi tentang pengetahuan sejarah
peninggalan berbudaya di Indonesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar